Abu Nawas Dan Sandal Ajaib
Suatu hari, Abu Nawas berangkat menuju pasar untuk berjualan mencari rezeki tambahan. Sesampainya di pasar ia pribadi menggelar tikar sebagai lapaknya berjualan. Kebetulan pada hari itu ia berjalan sandal yang diberi nama "ajaib"
Abu Nawas mulai berteriak-teriak memperlihatkan barang dagangannya kepada para orang-orang di pasar.
"Sandal ajaib...sandal ajaib....sandal asing !!" Teriak Abu Nawas berkali-kali di pasar.
Sesaat lalu tiba seorang perjaka menghampirinya dan melihat-lihat barang dagangannya.
"Silahkan Tuan, mau membeli sandal?" Tanya Abu Nawas.
"Ya,,,apakah ini sandal ajaib?" Tanya pemuda.
"Tentu saja tuan." Jawab Abu Nawas.
"Saya ingin mencari sandal yang sanggup merubah hidupku yang miskin ini." Kata perjaka itu.
"Apa maksud tuan?" Tanya Abu Nawas lagi.
"Saya ini sudah usang hidup miskin dan ingin sekali kaya raya. Saya ingin membeli barang yang sanggup menyampaikan saya keberuntungan." Kata perjaka itu.
Sejurus lalu Abu Nawas memperlihatkan salah satu sandal ajaibnya. Ia menyampaikan bahwa sandal itu akan menciptakan pemiliknya dari tidak berada menjadi berada.
Karena tertarik dengan kata-kata Abu Nawas, tanpa berpikir panjang perjaka itu pribadi membeli sandal asing yang dijual Abu Nawas.
Pemuda itu pribadi menggunakan sandal asing tersebut lalu meninggalkan Abu Nawas dan berkeliling kampung dengan impian agar keberuntungan segera berpihak kepadanya.
Pemuda tersebut terus menerus berjalan mengitari kampung-kampung dengan menggunakan sandal "ajaib"nya tersebut. Namun, harapannya tidak kunjung terwujud juga. Bukannya keberuntungan, si perjaka malah mendapat kemalangan. Ia hampir saja dihakimi warga, sebab dikira pencuri yang sedang wara-wiri mengintai mangsa.
Hari sudah menjelang sore, dengan perasaan murka dan kecewa ia alhasil mencari Abu Nawas meminta pertanggungjawabannya. Setelah bertanya sana-sini, alhasil ia menemukan Abu Nawas.
"Assalamu'alaikum..." Sapa perjaka itu.
"Wa'alaikum salam..., eh ternyata Tuan, bagaimana kabar Tuan?" Tanya Abu Nawas.
"Kabar buruk. Aku tidak mencicipi keberuntungan apa-apa sehabis menggunakan sandal ini.Malahan hampir saja saya celaka dihajar warga kampung gara-gara dikira pencuri. padahal engkau sudah menyampaikan kalau sandal ini akan membawa keberuntungan kepada pemiliknya. Mana buktinya??" Protes si pembeli.
"Seingat saya, tidak pernah saya menyampaikan menyerupai itu Tuan?" Sanggah Abu Nawas.
"Saya hanya menyampaikan bahwa sandal ini akan menciptakan orang yang tidak berpunya menjadi berpunya. buktinya ialah tuan sebelumnya belum mempunyai sanda "ajaib" kini sudah memilikinya." Kata Abu Nawas.
Mendengar klarifikasi Abu Nawas, perjaka itu diam, ia alhasil sadar bahwa dirinya sedang salah menafsirkan.
"Lalu mengapa engkau menyampaikan bahwa sandal ini ajaib?" Tanya pemuda.
"Oh....jika itu memanglah namanya sandal Ajaib bukan sandalnya yang ajaib." Jawab Abu Nawas.
"Jangan percaya kepada barang ajaib, sebab percaya pada sesuatu selain Allah SWT sanggup menciptakan kita syirik dan akan mendapat kesusahan di dunia dan alam abadi kelak. Buktinya yang Tuan alami ini hari ini, oleh sebab itu, segeralah bertobat kepada Alloh SWT." Tambah Abu Nawas.
Akhirnya dengan perasaan malu, perjaka itu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Ia menya dari kalau ia telah melaksanakan kesalahan sebab mengharap sesuatu kepada selain Allah SWT dan tanpa berusaha, mulai dikala itu pun ia pribadi bertobat.
Abu Nawas mulai berteriak-teriak memperlihatkan barang dagangannya kepada para orang-orang di pasar.
"Sandal ajaib...sandal ajaib....sandal asing !!" Teriak Abu Nawas berkali-kali di pasar.
Sesaat lalu tiba seorang perjaka menghampirinya dan melihat-lihat barang dagangannya.
"Silahkan Tuan, mau membeli sandal?" Tanya Abu Nawas.
"Ya,,,apakah ini sandal ajaib?" Tanya pemuda.
"Tentu saja tuan." Jawab Abu Nawas.
"Saya ingin mencari sandal yang sanggup merubah hidupku yang miskin ini." Kata perjaka itu.
"Apa maksud tuan?" Tanya Abu Nawas lagi.
"Saya ini sudah usang hidup miskin dan ingin sekali kaya raya. Saya ingin membeli barang yang sanggup menyampaikan saya keberuntungan." Kata perjaka itu.
Sejurus lalu Abu Nawas memperlihatkan salah satu sandal ajaibnya. Ia menyampaikan bahwa sandal itu akan menciptakan pemiliknya dari tidak berada menjadi berada.
Karena tertarik dengan kata-kata Abu Nawas, tanpa berpikir panjang perjaka itu pribadi membeli sandal asing yang dijual Abu Nawas.
Pemuda itu pribadi menggunakan sandal asing tersebut lalu meninggalkan Abu Nawas dan berkeliling kampung dengan impian agar keberuntungan segera berpihak kepadanya.
Pemuda tersebut terus menerus berjalan mengitari kampung-kampung dengan menggunakan sandal "ajaib"nya tersebut. Namun, harapannya tidak kunjung terwujud juga. Bukannya keberuntungan, si perjaka malah mendapat kemalangan. Ia hampir saja dihakimi warga, sebab dikira pencuri yang sedang wara-wiri mengintai mangsa.
Hari sudah menjelang sore, dengan perasaan murka dan kecewa ia alhasil mencari Abu Nawas meminta pertanggungjawabannya. Setelah bertanya sana-sini, alhasil ia menemukan Abu Nawas.
"Assalamu'alaikum..." Sapa perjaka itu.
"Wa'alaikum salam..., eh ternyata Tuan, bagaimana kabar Tuan?" Tanya Abu Nawas.
"Kabar buruk. Aku tidak mencicipi keberuntungan apa-apa sehabis menggunakan sandal ini.Malahan hampir saja saya celaka dihajar warga kampung gara-gara dikira pencuri. padahal engkau sudah menyampaikan kalau sandal ini akan membawa keberuntungan kepada pemiliknya. Mana buktinya??" Protes si pembeli.
"Seingat saya, tidak pernah saya menyampaikan menyerupai itu Tuan?" Sanggah Abu Nawas.
"Saya hanya menyampaikan bahwa sandal ini akan menciptakan orang yang tidak berpunya menjadi berpunya. buktinya ialah tuan sebelumnya belum mempunyai sanda "ajaib" kini sudah memilikinya." Kata Abu Nawas.
Mendengar klarifikasi Abu Nawas, perjaka itu diam, ia alhasil sadar bahwa dirinya sedang salah menafsirkan.
"Lalu mengapa engkau menyampaikan bahwa sandal ini ajaib?" Tanya pemuda.
"Oh....jika itu memanglah namanya sandal Ajaib bukan sandalnya yang ajaib." Jawab Abu Nawas.
"Jangan percaya kepada barang ajaib, sebab percaya pada sesuatu selain Allah SWT sanggup menciptakan kita syirik dan akan mendapat kesusahan di dunia dan alam abadi kelak. Buktinya yang Tuan alami ini hari ini, oleh sebab itu, segeralah bertobat kepada Alloh SWT." Tambah Abu Nawas.
Akhirnya dengan perasaan malu, perjaka itu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Ia menya dari kalau ia telah melaksanakan kesalahan sebab mengharap sesuatu kepada selain Allah SWT dan tanpa berusaha, mulai dikala itu pun ia pribadi bertobat.