Skip to main content

Pendidikan Dalam Trilogi Pendidikan


PENDIDIKAN DALAM TRILOGI ILMU PENDIDIKAN

Ontologi Pendidikan
Ontologi yaitu bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat eksistensi segala sesuatu yang ada, berdasarkan tata hubungan sistematis berdasarkan aturan sebab-akibat. Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas eksistensi sesuatu yang bersifat konkret.
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Kaprikornus ontologi yaitu bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat eksistensi segala sesuatu yang ada berdasarkan tata hubungan sistematis berdasarkan aturan lantaran akhir yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007). Ontologi sanggup pula diartikan sebagai ilmu atau teori perihal wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu yaitu dunia empirik, dunia yang sanggup dijangkau pancaindera. Dengan demikian, obyek ilmu yaitu pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi yaitu ilmu yang mempelajari perihal hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada budi semata. Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory of being qua being”, artinya ontologi yaitu teori perihal wujud.
Objek Formal
Objek formal ontologi yaitu hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi perihal kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya “De Anima”. Dalam tafsiran-tafsiran para jago selanjutnya di pahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.


Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi yaitu abstraksi metafisik.
Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda:
1.      berdasarkan banyak sekali kategori atau cara menangani yang sedang menyerupai itu
2.      berdasarkan kebenaran atau kesalahan (misalnya emas palsu, uang palsu)
3.      apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama' oleh  kecelakaan
4.      sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi kehadiran (Buku Metafisika   Theta).
Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain:
1. Filsafat Materialisme.
2. Filsafat Idealisme.
3. Filsafat Dualisme.
4. Filsafat Skeptisisme.
5. Filsafat Agnostisisme.
Jujun S. Suriasumantri (2000: 34 – 35) menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi obyek kajian filsafat meliputi tiga segi, yakni :
(a) budi (Benar-Salah)
(b) etika (Baik-Buruk)
(c) estetika (Indah-Jelek)
Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori perihal ada: perihal hakikat eksistensi zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial/ pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat ini – logika, etika, estetika, metafisika dan politik – berdasarkan Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu.
Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam problem keberadaan, yaitu:
Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)
a) Monoisme
b) Dualisme
c) Pluralisme
Keberadaan dipandang dari segi sifat, menjadikan beberapa aliran, yaitu:
a) Spiritualisme.
b) Materialisme.
Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan
a) Mekanisme.
b) Teleologi.
c) Vitalisme.
d) Organisisme.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme,
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
- yang-ada (being)
- kenyataan/realitas (reality)
- eksistensi (existence)
- esensi (essence)
- substansi (substance)
- perubahan (change)
- tunggal (one)
- jamak (many)
Hakekat kenyataan atau realitas memang sanggup didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1.      kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2.      Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut mempunyai kualitas tertentu, menyerupai contohnya daun yang mempunyai warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi sanggup dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.

v  Epistemologi Pendidikan
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata “episteme” yang berarti pengetahuan, dan “logos” yang berarti teori. Secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas perihal asal, struktur, metode serta keabsahan pengetahuan.  “ Epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, method, and validity of knowledge” ( Runes, 1963: 94).
Menurut langeveled (1961), epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan banyak sekali jenis pengetahuan, pangkal tumpunya yang fudamental, metode-metode dan batasan-batasannya.
fakta oleh lantaran itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif, yaitu segala yang nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
Jenis-jenis pengetahuan
Manusia berusaha mencari pengetahuan Dan kebenaran, yang sanggup diperolehnya dengan melalui beberapa sumber:
ü  Pengetahuan wahyu ( revealed knowledge)
Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhan telah memberi pengetahuan dan kebenaran kepada insan pilihannya, yang sanggup dijadikan petunjuk bagi insan dalam kehudupannya. Wahu merupskan firman Tuhan. Kebenarannya yaitu mutlak dan abadi. Penetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
ü  Pengetahuan intuitef (intuitive knowledge)
Pengetahuan intuitif diperoleh insan dari dalam dirinya sendiri, pada ketika ia menghayati sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadran manusia. Mengenai proses kerjanya, insan itu sendiri tidak menyadarinya. Pegetahuan ini sebagai hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil mulut dari keunikan dan individualiatas seseorang, sehigga validitas pengetahuan ini sangat bersifat pribadi.
ü  Pengetahuan rasional (rational knowledge)
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh   dengan latihan rasio/akal semata,tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Prinsip budi formal dan mmatematika murni merupakan paradigma pengetahuan rasional, dimana kebenarannya sanggup ditunjukan dengan pemikiran abstrak. Prinsip pengetahuan rasional sanggup diterapkan pada pengalaman indra, tetapi tidak disimpulkan dari pengalaman indra.
Rasionalisme memperlihatkan kritik terhadap empirisme, bahwa :
a.       Metode empiris tidak memberi kepastian, tetapi  hanya hingga pada probabilitas yang tinggi;
b.      Metode empiris, baik dalam sains maupun dalam kehidupan sehari-hari, biasanya bersifat sepotong-sepotong (piece meal)
c.       Pengetahuan Empiris (empirical knowledge)
d.      Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti pengindraan, dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indra-indera lainnya, sehingga kita mempunyai konsep dunia disekitar kita. Paradigma pengetahuan empiris yaitu sains, dimana hipotensi-hipotensi sains diuji dengan observasi atau dengan eksperimen.
e.       Pengetahuan Otoritas (authoritative knowledge)
Kita mendapatkan sesuatu pengetahuan itu benar bukan dikarenakan telah mencekangnya diluar diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa, mempunyai wewenang, berhak) dilapangan. Teori pengetahuan
Ada beberapa teori yang sanggup dijadikan contoh untuk memilih apakah pengetahuan itu benar atau salah yaitu :
·         Teori korespondensi (correspondence theory)
Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan pembiasaan antara fakta dan siuasi nyata. Kebenaran nerupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya. Teori ini paling luas diakui olah realis.
·         Teori koherensi (coherence theory)
Menurut teori  koherensi, kebenaran bukan persesuaian antara pikiran dengan kenyataan, melainkan kesesuaian swcara serasi antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang tekah dimiliki. Teori ini pada umumnya diaakuai oleh golongan idealis.
·         Teori pragmatisme (pragmatism theory)
Menurut teori pragmatisme, kebenaran tidak sanggup bersesuaian dengan kenyataan, lantaran kita hanya sanggup mengetahui dari pengalaman kita saja. Dilain pihak, berdasarkan pragmatisme, teori koherensi yaitu formal dan rasional. Pragmatisme berpendirian bahwa mereka tidak mengetahui apapun (agnostik) perihal wujud, esensi, intelektualitas, rasionalitas. Oleh lantaran itu, pragmatisme menentang otoritariarisme, intelektualisme, dan rasionalisme. Penganut pragmatisme merupakan penganut empirisme yang panatik untuk memperlihatkan interpretasi terhadap pengalaman. Menuntut pragmatisme, tidak ada kebenaran yang mutlak dan abadi. Kebenaran itu dibentuk dalam proses pembiasaan manusia.
Para pendukung pragmatisme cenderung memperlihatkan tekanan pada tiga pendekatan, yaitu :
1)      Bahwa sesuatu itu dikatakan   benar apabila memutuskan atau memenuhi keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan manusia. Kepercayaan akan kebenaran bukan hanya memperlihatkan keputusan bagi seluruh sifat dasar manusia, melainkan juga memberi kepuasan selama jangka waktu tertentu.
2)      Bahwa sesuatu itu benar apabila sanggup dikaji kebenarannya secara eksperimen. Pengujian kebenaran ini selaras dengan semangat dan praktik sains modern, baik dala laboratorium maupun dalam kehidupan sehari-hari. Begitu suatu kebenaran atau  ketidak benaran muncul, maka kita hendaknya mencoba dan mengadakan pebuktiannya.
3)      Bahwa sesuatu itu benar apabila membantu dalam usaha hidup bagi eksistensi manusia. Instrumentalisme Dewey menekankan fungsi bagi kehidupan dari fatwa serta ide-idenya.

v  Aksiologi Pendidikan
Aksiologi merupakan cabang filsasat yang berbicara perihal nilai (what is the value). Nilai sanggup diartikan sebagai sesuatu yang berharga, berkualitas, bermakn adan bertujuan bagi kehidupan manusia, individu maupun kelompok. Umumnya orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk(etika), indah atau buruk (estetika). Karena itu, nilai mengarahkan tindakan, mendasati perbuatn dan pda gilirannya membentuk “preferensi nilai” (system nilai atua nilai). Aksiologi secara Etimologis brasal dari kata axia (nilai, value: inggris), dan logos (perkataan, pikiran,ilmu). Aksiologi berarti ilmu pengetahuan yang menyidik hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Kutipan Bakker dan Kattsoff menyiratkan satu hal yang sangat penting, bahwa makna hakiki nilai dalam perspektif aksiologis akan berlaku bagi segala sesuatu yang ada(pengada). Pengada, dalam konsep bekker,meliputi segala yang ada baik benda mati atau benda hidup, dari taraf yang paling rendah samapai taraf yang paling tinggi, bahkan tuhanpun sanggup disebut pengada.
Sedangakan aksiologi menurut  jalaluddin yaitu suatu bidang yang menyidik nilai-nilai (value). Brameld membedakan tiga kepingan didalam aksiologi, yaitu
Ø  Moral Conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Ø  Esthetic Expression, mulut keindahan;yang melahirkan estetika.
Ø  Socio-political Life.kehidupan sosio-politik, bidang ini mlahirkan ilmu filsafat sosio-politik (Syam, 1986;34-36)
Dalam Kamus Filsafat (Sudarsono, 1993: 8), aksiologi berarti suatu fatwa perihal kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup insan misal fatwa agama. Atau sanggup juga berarti :
1) Ajaran perihal nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang menciptakan perihal nilai
4) Filsafat nilai
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, lantaran dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan insan sanggup terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga insan sanggup mencicipi fasilitas lainnya menyerupai transfortasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan eksklusif ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada problem etika keilmuan serta masalah bebas nilai.
Dagobert Runes (1963:32) mengemukakan beberapa problem yang berkaitan dengan nilai yang mencakup:
a)      Hakikat nilai
b)      Tipe nilai
c)      Kriteria nilai
d)     Status metafisika nilai
Menurut objektivitas, nilai itu bangun sendiri, namun bergantung dan berafiliasi dengan pengalaman manusia. Pertimbangan terhadap nilai berbeda antara insan yang satu dengan yang lainnya. Menurut objektivitas logis, nilai itu suatu wujud, suatu kehidupan yang logis tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya, namun mempunyai status dan gerak didalam kenyataan.
Karakteristik nilai
Ø  Nilai objek atau subjektif
Nilai itu obyektif  jika ia tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya, nilai itu “subyektif” kalau ekstensinya, mananya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subyek yang melaksanakan penilaian, tanpa mempertibangkan apakah itu bersifat psikis ataupun fisik. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tersebut mempunyai kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan evaluasi manusia. Nilai-nilai baik, benar, cantik, merupakan realitas alam, yang merupakan kepingan dari sifat-sifat yang dimili oleh benda atau tindakan tersebut.
Nilai itu subjektif apabila nilai tersebut mempunyai preferensi pribadi, dikatakan baik lantaran dinilai oleh seseorang. Apapun baik atau berharga bukan lantaran dalam dirinya, melainkan lantaran insan telah menilainya.
Ø  Nilai diktatorial atau berubah
 Suatu nilai dikataka diktatorial atau abadi, apabila nilai yang berlaku kini sudah berlaku semenjak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Misalnya nilai kasih sayang dan kemurahan hati yaitu untuk semua insan dimanapun dan kapanpun insan hidup.
Ø  Tingkatan (hieraki) nilai
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan hieraki nilai, yaitu:
a)      Kaum idealis berpandangan secara niscaya terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (nilai material).
b)      Kaum realis juga berpandangan bahwa terdapat tingkatan nilai, dimana mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas, lantaran membantu insan menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan-aturan berpikir logis.
c)      Kaum pragmatis menolak tingkatan nilai secara pasti. Menurut mereka. Suatu aktifitas dikatakan baik menyerupai yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan mempunyai nilai instrumental.
Jenis-jenis nilai
Ø  Etika
Etka berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang, yang berarti budbahasa kebiasaan. Etika merupakanteori perihal nilai, pembahasan secara teoritis perihal nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar-dasar untuk berbuat susila.
Ø  Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berafiliasi dengan seni.
Kegunaan Aksiologi  Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat sebagai kumpulan teori dipakai memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu wangsit yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka kerikil itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih yummy bila masalah masalah itu sanggup diselesaikan. Ada banyak cara menuntaskan masalah, mulai dari cara yang sederhana hingga yang paling rumit. Bila cara yang dipakai amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya sanggup mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.


SUMBER

1.      Buku                           :Pengantar Filsafat Pendidikan
Penulis                         : Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.
Diterbitkan oleh          : CV ALFABETA
Jl. Gegerkalong Hilir 84 Bandung 40153
Cetakan ketiga, Agustus 2006
ISBN                           : 979- 8433-71-5
2.      Dipublikasikan Oleh Moh Syafiruddin Pada Tanggal October 29th, 2011
4.      Diposkan oleh JANU RAHAB AZ-ZAIN di 08:04
Aksiologi Pendidikan
Aksiologi merupakan cabang filsasat yang berbicara perihal nilai (what is the value). Nilai sanggup diartikan sebagai sesuatu yang berharga, berkualitas, bermakn adan bertujuan bagi kehidupan manusia, individu maupun kelompok. Umumnya orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk(etika), indah atau buruk (estetika). Karena itu, nilai mengarahkan tindakan, mendasati perbuatn dan pda gilirannya membentuk “preferensi nilai” (system nilai atua nilai). Aksiologi secara Etimologis brasal dari kata axia (nilai, value: inggris), dan logos (perkataan, pikiran,ilmu). Aksiologi berarti ilmu pengetahuan yang menyidik hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Kutipan Bakker dan Kattsoff menyiratkan satu hal yang sangat penting, bahwa makna hakiki nilai dalam perspektif aksiologis akan berlaku bagi segala sesuatu yang ada(pengada). Pengada, dalam konsep bekker,meliputi segala yang ada baik benda mati atau benda hidup, dari taraf yang paling rendah samapai taraf yang paling tinggi, bahkan tuhanpun sanggup disebut pengada.
Sedangakan aksiologi menurut  jalaluddin yaitu suatu bidang yang menyidik nilai-nilai (value). Brameld membedakan tiga kepingan didalam aksiologi, yaitu
Ø  Moral Conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Ø  Esthetic Expression, mulut keindahan;yang melahirkan estetika.
Ø  Socio-political Life.kehidupan sosio-politik, bidang ini mlahirkan ilmu filsafat sosio-politik (Syam, 1986;34-36)
Dalam Kamus Filsafat (Sudarsono, 1993: 8), aksiologi berarti suatu fatwa perihal kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup insan misal fatwa agama. Atau sanggup juga berarti :
1) Ajaran perihal nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang menciptakan perihal nilai
4) Filsafat nilai
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, lantaran dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan insan sanggup terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga insan sanggup mencicipi fasilitas lainnya menyerupai transfortasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan eksklusif ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada problem etika keilmuan serta masalah bebas nilai.
Dagobert Runes (1963:32) mengemukakan beberapa problem yang berkaitan dengan nilai yang mencakup:
a)      Hakikat nilai
b)      Tipe nilai
c)      Kriteria nilai
d)     Status metafisika nilai
Menurut objektivitas, nilai itu bangun sendiri, namun bergantung dan berafiliasi dengan pengalaman manusia. Pertimbangan terhadap nilai berbeda antara insan yang satu dengan yang lainnya. Menurut objektivitas logis, nilai itu suatu wujud, suatu kehidupan yang logis tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya, namun mempunyai status dan gerak didalam kenyataan.
Karakteristik nilai
Ø  Nilai objek atau subjektif
Nilai itu obyektif  jika ia tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya, nilai itu “subyektif” kalau ekstensinya, mananya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subyek yang melaksanakan penilaian, tanpa mempertibangkan apakah itu bersifat psikis ataupun fisik. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tersebut mempunyai kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan evaluasi manusia. Nilai-nilai baik, benar, cantik, merupakan realitas alam, yang merupakan kepingan dari sifat-sifat yang dimili oleh benda atau tindakan tersebut.
Nilai itu subjektif apabila nilai tersebut mempunyai preferensi pribadi, dikatakan baik lantaran dinilai oleh seseorang. Apapun baik atau berharga bukan lantaran dalam dirinya, melainkan lantaran insan telah menilainya.
Ø  Nilai diktatorial atau berubah
 Suatu nilai dikataka diktatorial atau abadi, apabila nilai yang berlaku kini sudah berlaku semenjak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Misalnya nilai kasih sayang dan kemurahan hati yaitu untuk semua insan dimanapun dan kapanpun insan hidup.
Ø  Tingkatan (hieraki) nilai
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan hieraki nilai, yaitu:
a)      Kaum idealis berpandangan secara niscaya terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (nilai material).
b)      Kaum realis juga berpandangan bahwa terdapat tingkatan nilai, dimana mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas, lantaran membantu insan menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan-aturan berpikir logis.
c)      Kaum pragmatis menolak tingkatan nilai secara pasti. Menurut mereka. Suatu aktifitas dikatakan baik menyerupai yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan mempunyai nilai instrumental.
Jenis-jenis nilai
Ø  Etika
Etka berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang, yang berarti budbahasa kebiasaan. Etika merupakanteori perihal nilai, pembahasan secara teoritis perihal nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar-dasar untuk berbuat susila.
Ø  Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berafiliasi dengan seni.
Kegunaan Aksiologi  Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat sebagai kumpulan teori dipakai memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu wangsit yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka kerikil itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih yummy bila masalah masalah itu sanggup diselesaikan. Ada banyak cara menuntaskan masalah, mulai dari cara yang sederhana hingga yang paling rumit. Bila cara yang dipakai amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya sanggup mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.


SUMBER

1.      Buku                           :Pengantar Filsafat Pendidikan
Penulis                         : Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.
Diterbitkan oleh          : CV ALFABETA
Jl. Gegerkalong Hilir 84 Bandung 40153
Cetakan ketiga, Agustus 2006
ISBN                           : 979- 8433-71-5
2.      Dipublikasikan Oleh Moh Syafiruddin Pada Tanggal October 29th, 2011
Aksiologi merupakan cabang filsasat yang berbicara perihal nilai (what is the value). Nilai sanggup diartikan sebagai sesuatu yang berharga, berkualitas, bermakn adan bertujuan bagi kehidupan manusia, individu maupun kelompok. Umumnya orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk(etika), indah atau buruk (estetika). Karena itu, nilai mengarahkan tindakan, mendasati perbuatn dan pda gilirannya membentuk “preferensi nilai” (system nilai atua nilai). Aksiologi secara Etimologis brasal dari kata axia (nilai, value: inggris), dan logos (perkataan, pikiran,ilmu). Aksiologi berarti ilmu pengetahuan yang menyidik hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Kutipan Bakker dan Kattsoff menyiratkan satu hal yang sangat penting, bahwa makna hakiki nilai dalam perspektif aksiologis akan berlaku bagi segala sesuatu yang ada(pengada). Pengada, dalam konsep bekker,meliputi segala yang ada baik benda mati atau benda hidup, dari taraf yang paling rendah samapai taraf yang paling tinggi, bahkan tuhanpun sanggup disebut pengada.
Sedangakan aksiologi menurut  jalaluddin yaitu suatu bidang yang menyidik nilai-nilai (value). Brameld membedakan tiga kepingan didalam aksiologi, yaitu
Ø  Moral Conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Ø  Esthetic Expression, mulut keindahan;yang melahirkan estetika.
Ø  Socio-political Life.kehidupan sosio-politik, bidang ini mlahirkan ilmu filsafat sosio-politik (Syam, 1986;34-36)
Dalam Kamus Filsafat (Sudarsono, 1993: 8), aksiologi berarti suatu fatwa perihal kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup insan misal fatwa agama. Atau sanggup juga berarti :
1) Ajaran perihal nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang menciptakan perihal nilai
4) Filsafat nilai
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, lantaran dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan insan sanggup terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga insan sanggup mencicipi fasilitas lainnya menyerupai transfortasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan eksklusif ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada problem etika keilmuan serta masalah bebas nilai.
Dagobert Runes (1963:32) mengemukakan beberapa problem yang berkaitan dengan nilai yang mencakup:
a)      Hakikat nilai
b)      Tipe nilai
c)      Kriteria nilai
d)     Status metafisika nilai
Menurut objektivitas, nilai itu bangun sendiri, namun bergantung dan berafiliasi dengan pengalaman manusia. Pertimbangan terhadap nilai berbeda antara insan yang satu dengan yang lainnya. Menurut objektivitas logis, nilai itu suatu wujud, suatu kehidupan yang logis tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya, namun mempunyai status dan gerak didalam kenyataan.
Karakteristik nilai
Ø  Nilai objek atau subjektif
Nilai itu obyektif  jika ia tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya, nilai itu “subyektif” kalau ekstensinya, mananya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subyek yang melaksanakan penilaian, tanpa mempertibangkan apakah itu bersifat psikis ataupun fisik. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tersebut mempunyai kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan evaluasi manusia. Nilai-nilai baik, benar, cantik, merupakan realitas alam, yang merupakan kepingan dari sifat-sifat yang dimili oleh benda atau tindakan tersebut.
Nilai itu subjektif apabila nilai tersebut mempunyai preferensi pribadi, dikatakan baik lantaran dinilai oleh seseorang. Apapun baik atau berharga bukan lantaran dalam dirinya, melainkan lantaran insan telah menilainya.
Ø  Nilai diktatorial atau berubah
 Suatu nilai dikataka diktatorial atau abadi, apabila nilai yang berlaku kini sudah berlaku semenjak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Misalnya nilai kasih sayang dan kemurahan hati yaitu untuk semua insan dimanapun dan kapanpun insan hidup.
Ø  Tingkatan (hieraki) nilai
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan hieraki nilai, yaitu:
a)      Kaum idealis berpandangan secara niscaya terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (nilai material).
b)      Kaum realis juga berpandangan bahwa terdapat tingkatan nilai, dimana mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas, lantaran membantu insan menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan-aturan berpikir logis.
c)      Kaum pragmatis menolak tingkatan nilai secara pasti. Menurut mereka. Suatu aktifitas dikatakan baik menyerupai yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan mempunyai nilai instrumental.
Jenis-jenis nilai
Ø  Etika
Etka berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang, yang berarti budbahasa kebiasaan. Etika merupakanteori perihal nilai, pembahasan secara teoritis perihal nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar-dasar untuk berbuat susila.
Ø  Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berafiliasi dengan seni.
Kegunaan Aksiologi  Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat sebagai kumpulan teori dipakai memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu wangsit yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka kerikil itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih yummy bila masalah masalah itu sanggup diselesaikan. Ada banyak cara menuntaskan masalah, mulai dari cara yang sederhana hingga yang paling rumit. Bila cara yang dipakai amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya sanggup mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.


SUMBER

1.      Buku                           :Pengantar Filsafat Pendidikan
Penulis                         : Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.
Diterbitkan oleh          : CV ALFABETA
Jl. Gegerkalong Hilir 84 Bandung 40153
Cetakan ketiga, Agustus 2006
ISBN                           : 979- 8433-71-5
2.      Dipublikasikan Oleh Moh Syafiruddin Pada Tanggal October 29th, 2011
4.      Diposkan oleh JANU RAHAB AZ-ZAIN di


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar