Dewi Tinalah: Lokasi Rumah Sandi Yang Menjangkau Dunia
Di daerah (Dewi Tinalah) terdapat sebuah bangunan yang menjadi saksi usaha mempertahankan Indonesia ini. Bangunan tersebut dipakai untuk menyusun seni administrasi perang gerilya dan untuk melaksanakan komunikasi sandi ketika aksi militer Belanda II (Desember 1948). Lokasi bangunan tersebut berada di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta. Bangunan kini telah dipugar dengan tetap mempertahankan bentuk, corak, dan luasan serta tinggi dari masing-masing ruangan yang telah dibeli oleh Lembaga Sandi Negara.
Rumah Sandi yang dipakai untuk menyusun seni administrasi perang dan komunikasi sandi berhasil menjangkau dunia luar dan menginformasikan aksi pejuang ke PBB. Dalam informasi yang terbitan Koran Kedaulatan Rakyat, 3 Maret 2018, Rumah Sandi memiliki arti penting bagi Serangan Oemoem 1 Maret. Selengkapnya sebagai berikut:
Operasi Senyap di Rumah Sandi dilakukan oleh para Code Officer (CDO), sebutan untuk para petugas sandi, berhasil mengantarkan isu serangan tersebut ke PBB. Momentum inilah yang sanggup mengembalikan dan meyakinkan dunia terhadap adanya Republik Indonesia. Proses penyandian isu diam-diam yang akan disampaikan kepada pihak tertuju dibentuk dengan bahasa sandi. Usai serangan “6 Jam di Jogja” yang diprakarsai Sri Sultan HB IX, pukul 12.00 Letkol Soeharto meminta kurir melapor kepada Staf Angkatan Perang, AH Nasution. Kurir mulai bekerja dan laporan tersebut diproses menjadi radiogram dan dikirim ke stasiun radio POP PHB di Dukuh dan dikirim lagi ke PHB AURI PC-2 Playen Gunung Kidul kemudian diteruskan ke PHB UDI di Bidar Alam Solok Selatan.
Radiogram kemudian dikirim ke luar negeri melalui satsiun radio NBM Tangse Aceh yang mengirim ke stasiun radio SMN yang mentransmisikan ke New Delhi dan perwakilan Republik Indonesia di kantor PBB di New York. Berita tersebut kemudian dibeberkan di sidang Dewan Keamanan PBB pada 7 Maret 1949.
Di rumah ini yang menjadi Rumah Sandi, COD melaksanakan acara pengkodean termasuk mengumpulkan informasi dari dalam dan luar negeri. Rumah Sandi juga dipakai sebagai investigasi bagi para prajurit Indonesia yang akan menemui Wakil Staf angkatan Darat Letjen TB Simatupang di Banaran yang berlokasi tidak jauh dari Rumah Sandi. Tujuannya yaitu memastikan bahwa orang yang akan bertemu TB Simatupang bukanlah mata-mata. Para pejuang Indonesia bertemu dan berafiliasi arahan dengan dr. Roebiono Kartopati yang merupakan Bapak Persandian Indonesia. Dengan keberadaan COD yang telah menciptakan isu persandian ketika SO1Maret, maka keberadaan Indonesia sanggup kembali diakui dunia.