Pedagogik - Asas - Asas Didaktik
Didaktik merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani didaskein yang berarti pengajaran dan didaktikos berarti akil mengajar. Dengan didaktik kila maksud ilmu mengajar yang menawarkan prinsip-prinsip perihal cara-cara memberikan materi pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh penerima didik.
Didaktik berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran itu dimiliki oleh siswa. Kegiatan yang dimaksud ialah kegiatan pribadi yang timbul didalam pergaulan siswa dengan gurunya. Dengan kata lain kegiatan apa yang dimainkan oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran itu. Apakah ia sanggup menarik minat, motivasi, atau mengaktifkan siswa atau tidak?. Oleh lantaran kegiatan itu bertujuan untuk menghipnotis siswa atau anak didik, maka karakteristik-karakteristik pribadi anak didiklah yang menjadi target didaktik. Psikologi pada umumnya sanggup menyumbangkan asas-asas didaktik itu, ibarat motivasi, aktivitas, minat, persepsi, peragaan, individualitas, korelasi, konsentrasi, integrasi, penghayatan, penghargaan akreditasi lingkungan dan sebagainya.
Adapun prinsip-prinsip mengajar antara lain :
- Asas perhatian, yaitu asas membangkitkan perhatian murid-murid.
- Asas aktivitas, yaitu asas mengaktifkan jasmani dan mental murid-murid.
- Asas apersepsi, yaitu asas menghubungkan dengan apa yang telah dikenal anak.
- Asas peragaan, yaitu asas memperagakan pengajaran.
- Asas ulangan, yaitu mengadakan ulangan-ulangan yang teratur.
- Asas korelasi, yaitu mengadakan hubungan dengan pelajaran lainnya.
- Asas konsentrasi, yaitu asas pemusatan pada pokok masalah.
- Asas individualisasi, yaitu asas penyesuaian pada sifat dan talenta masing-masing anak.
- Asas sosialisasi, yaitu membuat / menyesuaikan dengan lingkungan.
- Asas evaluasi, yaitu mengadakan penilaian yang sempurna dan teliti.
Menurut L Marsell mengemukakan enam prinsip mengajar yaitu:
1. Prinsip konteks.
2. Prinsip fokus.
3. Prinsip urutan.
4. Prinsip evaluasi.
5. Prinsip individualisme.
6. Prinsip sosialisasi.
Sedangkan berdasarkan Mandigers semoga anak gampang dan berhasil dalam belajar, guru dalam mengajar harus memperhatikan:
- Prinsip aktifitas mental.
- Prinsip menarik perhatian.
- Prinsip penyesuaian perkembangan siswa.
- Appersepsi.
- Prinsip peragaan.
- Prinsip aktifitas motoris.
Evaluasi proses dan hasil berguru harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
a. Menyeluruh
b. Berkesinambungan
c. Berorientasi pada tujuan
d. Obyektif
e. Terbuka
f. Bermakna
g. Mendidik
Prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik itu tidak berdiri sendiri, melainkan bertalian erat satu sama lain. Misalnya motivasi (minat) timbul bila belum dewasa aktif, atau bila kita gunakan alat-alat peraga, atau kita bawa berkaryawisata ke luar sekolah (lingkungan). Karena itu biasanya asas-asas itu timbul serempak.
Menguasai asas-asas didaktik belum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Mengajar itu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh macam-macam faktor antara lain pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar-manusia di sekolah, keadaan sosial ekonomi negara, organisasi kurikulum dan sebagainya.
Akan tetapi seseorang niscaya tidak akan menjadi guru yang baik kalau ia mengabaikan asas-asas didaktik. Itu sebabnya didaktik perlu dipelajari oleh setiap pengajar.
Asas Motivasi
David B. Guralnik (Moekijat, 2002: 4) mengemukakan bahwa “motive : an inner drive, impulse, etc. that causes one to act” (motif : suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati, dan sebagainya yang mengakibatkan seseorang melaksanakan sesuatu). Kemudian Malayu S.P. Hasibuan (2003:141) mengemukakan “Motif yaitu suatu perangsang keinginan (want) dan daya pelopor kemauan bekerja seseorang. Motif terkadang didefinisikan sebagai kebutuhan (needs), pengendali (drives), atau impuls dalam diri seseorang”. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:93) mendefinisikan “Motif sebagai suatu suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi semoga pegawai tersebut sanggup beradaptasi terhadap lingkungannya”.
Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melaksanakan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhanya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Makin berpengaruh motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal dalam melaksanakan acara belajar.Dangan kata lain intensitas (kekuatan) berguru sangat ditentukan oleh motivasi/dorongan. ( Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
Anak yang mempunyai motif, sikap, minat, penghargaan dan impian akan mendorong seseorang berbuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun tidak semua anak mempunyai motivasi ibarat itu, maka kiprah guru untuk membangkitkan motif dan mendorong anak untuk mencapai tujuan belajar.
Pada dasarnya motivasi mempunyai 2 jenis yaitu :
Motivasi Instrinsik
Motivasi Instrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam kiprah itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern mengambil motivasi instrinsik sebagai pendorong acara dalam pengajaran dan pemecahan soal.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik mengacu pada faktor-faktor dari luar dan ditetapkan pada kiprah siswa oleh guru. Motivasi ekstrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, eksekusi atau celaan.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:98) asas-asas motivasi meliputi:
- Asas Mengikutsertakan.,Artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan menawarkan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
- Asas Komunikasi.,Artinya menginformasikan secara terperinci perihal tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.
- Asas Pengakuan.,Artinya menawarkan penghargaan, kebanggaan dan akreditasi yang sempurna serta masuk akal kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.
- Asas Wewenang yang Didelegasikan.,Artinya menawarkan kewenangan, dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia bisa mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
- Asas Adil dan layak.,Artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. Misalnya pemberian hadiah atau eksekusi terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama.
- Asas Perhatian Timbal Balik.,Artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia menawarkan alat dan jenis motivasi. Tegasnya kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Ada 4 fungsi pengajar dalam memelihara dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu sebagai berikut: ( S. Nasution, Dikdatif Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).
Menggairahkan
Siswa Dalam kegiatan rutin dikelas sehari-hari pengajar harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, contohnya melalui metode Discovery Learning dan Brain Storming.
Memberikan Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan yang tidak relistis. Pengajar harus sanggup membedakan antara harapan yang realistis, pesimis dan optimis.
Memberikan Insentif
Bila siswa mendapatkan keberhasilan, pengajar diharapkan menawarkan hadiah pada siswa atas keberhasilanya. Dapat berupa pujian, angka yang baik, dsb. Sehingga siswa terdorong untuk melaksanakan perjuangan lebih lanjut.
Mengarahkan
Pengajar harus mengarahkan tingkah laris siswa dengan cara menandakan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta mereka memperbaikinya.
Usaha meningkatkan motivasi dalam berguru siswa, guru sanggup melakukanberbagai cara sebagai berikut:
Memberi angka.
Umumnya setiap anak ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, maka akan terdorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar. Sebaliknya, siswa yang mendapat angka kurang, mungkin menjadikan putus asa atau sanggup juga menjadi pendorong semoga berguru lebih baik.
Pujian.
Pemberian kebanggaan kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar keuntungannya sebagai pendorong belajar. Pujian menjadikan rasa puas dan senang.
Pemberian hadiah.
Cara ini sanggup juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya, menawarkan hadiah pada akhir tahun ajaran, dengan memperlihatkan hasil berguru yang baik, atau kegiatan-kegiatan lain yang mendorong siswa untuk berprestasi.
Kerja kelompok.
Dalam kerja kelompok di mana para siswa melaksanakan kolaborasi dalam belajar. Setiap anggota menawarkan motif berguru pada anggota lainnya. Kadang-kadang rasa untuk mempertukarkan anggota kelompok menjadi pendorong dalam perbuatan belajar.
Persaingan.
Baik bekerja kelompok maupun persaingan mencari motif-motif sosial kepada siswa. Hanya saja persaingan antara individual akan menjadikan imbas yang kurang baik, ibarat hubungan persahabatan, perkelahian dan pertentangan. Persaingan yang baik ialah dalam bentuk antar kelompok belajar.
Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas berguru lainnya, namun demikian kita perlu mengenal konsep pokok (key concept) dari pada motivasi kelas ini sebagai suatu asas berguru tersendiri.Tafsiran perihal motivasi berdasarkan pandangan lama, sering dianggap sama artinya dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari materi yang gres tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar dianggap telah tumbuhnya motivasi berguru siswa bersangkutan.Motivasi sanggup bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasarkan kebutuhan,dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasibelajar sanggup juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar,misalnya dengan hadiah, ganjaran, eksekusi dan pemberian harapan lainnya, yang disebutmotivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melaksanakan proses belajar,kendatipun motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan dipakai untuk mendorong kegiatan berguru siswa, dengan cara membuat kondisi-kondisi yang relevan.
Kondisi-kondisi kelas berikut ini sanggup meningkatkan motivasi di dalam kelas:
Suasana Lingkungan Kelas
Pada umumnya, siswa menawarkan respons dan berperilaku baik jikalau guru bersifatmenunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhisecara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya.Guru juga perlu menawarkan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatanbelajar mengajar. Untuk itu, guru perlu membuat suasana lingkungan kelas yangmenyenangkan (comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasisiswa untuk mencapai hasil berguru yang positif.
Keterlibatan Langsung Siswa
Jika mata pemikiran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya,maka proses berguru biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guruhendaknya menentukan topik pelajaran yang terkenal bagi para siswa, semoga mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaranyang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan tempat keterlibatan pribadi siswa.
Menjamin Keberhasilan
Umumnya siswa akan menawarkan respons yang positif bila mereka mengalamikeberhasilan. Memang kadang kala ada siswa yang justru bekerja keras setelahmengalami kegagalan, namun umumnya motivasi berguru lebih meningkat berkat tumbuhnyarasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikankesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar. Untuk itu, guru dituntut memberikanpenguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, semoga supaya siswa mau berguru lebih kerasdengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya.
Konsep Didaktik
Didaktik yaitu sebagaian dari pedagogik atau ilmu mendidik anak. Dengan demikian sanggup dinyatakan bahwa didaktik yaitu ilmu mengajar yang menawarkan prinsip-prinsip perihal cara-cara memberikan materi pelajaran sehingga dikuasai dan dimilki oleh siswa.
Prinsip-prinsip yang utama untuk dihayati dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran diuraikan sebagai berikut:
1. Prinsip Apersepsi
Herbart (1841) menyatakan bahwa apersepsi yaitu memperoleh tanggapan-tanggapan gres dengan santunan jawaban yang telah ada. Apersepsi dipakai dalam mengajar dengan maksud untuk mempermudah memahami ide-ide yang gres dipelajari dengan mangaitkan pada pemahaman wangsit yang telah dimiliki siswa. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. Karena itu pelajaran harus selalu dibangun di atas pengetahuan yang telah ada.
2. Prinsip Peragaan
Ada pepatah yang menyatakan:
· Saya dengar, saya lupa
· Saya lihat, saya tahu
· Saya kerjakan, saya mengerti
Konsep akan gampang dipahamai jikalau siswa aktif memanipulasi benda konkrit dan semi konkrit sebagai model representasi dari konsep yang abstrak. Prof. Burner juga menyampaikan kepada kita dengan teorema belajarnya yang dikenal dengan:
a. Teorema Konstruktif
Dimana anak lebih gampang berguru mengkonstruksikan ide-ide abnormal ke dalam struktur kognitifnya jikalau dengan memakai peragaaan konkrit (enactiive) dilanjutkan ke tahap semi konkrit (iconic) gres ke tahap abnormal (simbolik).
b. Teorema Notasi
Untuk mengajarkan matematika yang begitu banyak symbol-symbol yang harus dipahami maknanya harus dipahami secara sedikit demi sedikit dari yang paling sederhana sesuai tingkat pemahaman siswa. Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif.Para siswa akan lebih tertarik jikalau peragaan tersebut bisa menggambarkan acara yang sebenarnya.
c. Teorema Kekontrasan dan Variasi
Untuk mengajarkan bentuk segitiga, perlu diberikan referensi yang bukan segitiga, contohnya terbuat dari kertas manila, atau bentuk-bentuk segitiga yang terdapat di lingkungannya. Demikian juga variasi dalam menggambar bangun-bangun segitiga perlu dikembangkan supaya siswa tidak berpandangan sempit terhadap konsep yang dipelajari. Misal, untuk menggambarkan segitiga siku-siku perlu digambarkan dalam banyak sekali posisi. Dalam proses pembelajaran, guru sanggup mendapatkan siswa untuk menjelaskan kekontrasan anatara: siang dan malam, terang dan gelap, lurus dan begkok , dan sebagainya.
d. Teorema Konektivitas.
Untuk mengajarkan sesuatu konsep tertentu perlu diorganisasikan dengan urutan yang tidak begitu saja sanggup dibolak-balik lantaran konsep yang satu dibutuhkan untuk memahami konsep yang lain.
3. Prinsip Motivasi
Salah satu fungsi yang menempel pada diri guru yaitu guru sebagai motivator anak didik semoga mempunyai semangat dan kemauan berguru yang lebih tinggi. Ada dua macam motivasi pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melaksanakan sesuatu yang didorong oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan (motivasi intrinsik), dan ada yang dibangkitkan oleh pegaruh dari luar (motivasi ekstrensik). Tugas guru yaitu mendorong siswa untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar.
4. Prinsip Belajar Aktif.
Pada hakekatnya, berguru yaitu wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lain dalam sustu proses berguru mengajar di atas. Menurut Mc. Keachie (1954) siswa berguru secara aktif yaitu berguru dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) walaupun dalam banyak hal dibutuhkan keaktifan phisik.
5. Prinsip Kerjasama
Wujud nyata dalam proses berguru mengajar yaitu diharapkan keterlibatan setiap siswa di dalam tugas-tugas klasikal atau kelompok. Tugas guru yaitu mengakomodasikan dan memfasilitasi semoga kegiatan kelompok sanggup berlangsung secara produktif dan dinamis.
6. Prinsip Mandiri
Siswa perlu dibiasakan untuk mencapai kepuasan dengan perjuangan yang keras dari diri siswa sendiri. Pendidikan dilarang terlalu memanjakan anak, santunan yang kita berikan sifatnya hanya berupa kail untuk sanggup memancing penyelesaian dilema oleh siswa sendiri. Perlu ditanamkan pada siswa motto “Tidak ada sukses tanpa kerja keras”.
7. Prinsip Penyesuaian Dengan Individu Siswa.
Idealnya lantaran adanya perbedaan setiap idividu siswa maka dalam menawarkan pelayanan pendidikan kepada siswa tentu dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda pula.
8. Prinsip Korelasi.
Prinsip hubungan pada pada dasarnya yaitu mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran, dan mengaitkan hubungan atau manfaat suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam perkembangan IPTEK. Penerapan prinsip hubungan juga sanggup meningkatkan daya tarik minat, dan motivasi siswa terhadap proses pembelajaran.
9. Prinsip Evaluasi Yang Teratur.
Kegiatan mengevaluasi keberhasilan proses berguru mengajar yang ditunjukkan oleh kinerja siswa dalam berguru perlu dilakukan secara teratur dan kesinambungan selama dan sesudah proses berguru mengajar berlangsung.
Didaktik sanggup dibagi kedalam 2 macam yaitu :
Didaktik umum memberi prinsip-prinsip yang umum yang berafiliasi dengan penyajian materi pelajaran (yakni motivasi, peragaan dan lain-lain) semoga belum dewasa menguasainya. Prinsip-prinsip itu berlaku bagi semua mata pelajaran, apakah itu ilmu alam, pekerjaan tangan, antropologi atau psikologi.
Didaktik khusus membicarakan perihal cara mengajarkan mata pelajaran tertentu di mana prinsip didaktik umum digunakan. Didaktik khusus perlu oleh alasannya yaitu tiap mata pelajaran lain. Didaktik khusus juga disebut metodik. Metodik berasal dari methodos (bahasa Yunani), meta (melalui) + hodos (jalan) artinya cara melaksanakan sesuatu, prosedur. Ada metodik berhitung, metodik membaca dan lain-lain. Untuk vak-vak di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi masih dibutuhkan metodiknya, contohnya metodik ekonomi, metodik psikologi, metodik filsafat dan lain-lain.
Didaktik memperoleh santunan dari ilmu-ilmu lain dan bertalian erat dengan sejumlah ilmu lainnya.
Didaktik yaitu sebagian dari pedagogik atau ilmu mendidik. Didaktik dipakai dalam pendidikan formal yang dilakukan di sekolah. Didaktik sangat dipengaruhi oleh psikologi. Psikologi menawarkan petunjuk-petunjuk perihal perkem-bangan dan sifat-sifat anak-anak. Mengajar itu akan efektif bila kita mengenal anak. Selain dari itu psikologi memberi klarifikasi perihal proses belajar. Psikologi asosiasi mendasari didaktik "lama" yang menekankan hafalan, sedangkan psikologi Gestalt menjadikan didaktik "baru" yang mengutamakan pemahaman dan pemecahan soal. Juga filsafat menghipnotis didaktik. Filsafat menentukan tujuan pendidikan dan dengan demikian materi yang harus diajarkan. Filsafat menentukan pandangan kita terhadap anak sebagai insan dan hubungan antara guru dan anak. Kita mendidik anak dalam masyarakat tertentu. Dengan demikian didaktik juga memerlukan materi dari sosiologi dan antropologi.
Itu alasannya yaitu pendidikan guru harus mempunyai dasar yang luas antara lain mencakup bidang-bidang ilmu ibarat yang disebutkan di atas. Selain itu ia harus pula menguasai materi yang akan diajarkannya. Guru sejarah harus menguasai materi sejarah, guru geografi harus menguasai materi pelajaran geografi. Guru yang tak benar-benar memahami sendiri seluk-beluk matematika dengan jelas, tak mungkin memberi pelajaran itu dengan baik. Dengan pengetahuan yang tanggung-tanggung tak sanggup tiada ia menjadikan pengertian dan pemahaman yang kurang jelas pada anak, mengacaukan pikiran mereka dan dengan demikian menyulitkan hidup belum dewasa dan akan memupuk sikap yang negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru itu. Salah satu tanggung jawab guru yaitu memupuk sikap yang positif terhadap bidang studi yang diberikannya. Dalam hal ini ia mendapat santunan dari didaktik.
Hubungan Didaktik dengan Metodik
Untuk mengetahui hubungan antara didaktik dan metodik perlu diperbincangkan lebih dahulu bulat permasalahan Didaktik dan Metodik itu, sesudah itu barulah kita mengetahui garis temu antara kedua bulat tersebut.
Menurut sejarahnya, Johann Amos Comenius (1592-1670) yaitu tokoh pertama yang memformulasikan wangsit didaktik itu. Ia terkenal dengan bukunya yang berjulukan “Didactica Magna” yang dalam penerbitannya yang pertama (1632) ditulis dalam bahasa Ceko.
Dalam pasal 2 belahan 17 dari buku Didactica Magna itu disebutkannya bahwa pengajaran akan menjadi mudah, jikalau diikuti langkah-langkah:
- Jika pengajaran dimulai awal benar, sebelum jiwa rusak.
- Jika jiwa telah sedia untuk menerimanya.
- Jika dimulai dari yang umum kepada yang khusus.
- Jika dimulai dari yang gampang kepada yang sukar.
- Jika siswa tidak dibebani dengan mata pelajaran yang banyak.
- Jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal.
- Jika kecerdasan tidak dipaksa untuk suatu yang belum mengarah kepada kecenderungan dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.
- Jika segala sesuatu diajarkan dengan media pengertian.
- Jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkesinambungan.
- Jika segala sesuatu diajarkan dengan satu dan metode yang sama.
- Jika diformulasikan maka Didaktik itu bergerak dalam bulat penghidangan materi pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan Metodik bergerak didalam bulat penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh. Jadi, garis sentuh yang menghubungkan antara Didaktik dengan Metodik terletak pada titik persiapan pengajaran. Pengajaran yang diharapkan akan berjalan baik dimulai dari pemilihan metode mengajar dan kemudian atas dasar metode yang dipilih itu dipersiapkan kegiatan penghidangan materi pelajaran. Kegiatan yang demikian itulah yang disebut dengan Metodik Khusus.
- Jika diformulasikan maka didaktik itu dalam bulat penghidangan materi pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung.Sedangkan metodik bergerak didalam bulat penyediaan jalan yang akan ditempuh.
Makara garis sentuh yang menghubungkan antara didaktik dengan metodik terletak pada titik persiapan pengajaran. Pengajaran yang diharapkan akan baik dimulai dari pemilihan metode mengajar dan kemudian atas metode yang itu dipersiapkan kegiatan penghidangan materi pelajaran.kegiatan yang demikian itulah yang disebut methodic khusus.
Asas Aktifitas
Siswa yaitu suatu oraganisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing- masing siswa tersebut terdapat “prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laris menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Siswa mempunyai kebutuhan- kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat pemuasan, dan oleh kesudahannya menjadikan dorongan berbuat tertentu. Tiap ketika kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirinya perbuatan itupun menjadi banyak macam ragamnya.
Pendidikan modern kini ini lebih menitik beratkan pada acara sejati, dimana siswa berguru sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta sikap lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran cukup umur ini sangat menenaknkan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses berguru mengajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Sriyono (http://ipotes.wordpress.com/2008)”Aktivitas yaitu segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani”. Aktivitas siswa selama proses berguru mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau sikap yang terjadi selama proses berguru mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud yaitu kegiatan yang mengarah pada proses berguru ibarat bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan kiprah – tugas, sanggup menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap kiprah yang diberikan.
Menurut Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (Sardiman, 2006: 99), acara atau kegiatan siswa sanggup digolongkan sebagai berikut:
- Visual activities, contohnya membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
- Moral activities, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan iterupsi.
- Listening activities, sebagai referensi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan radio, mendengarkan musik, dan pidato.
- Writing activities, ibarat contohnya menggambar, membuat grafik, membuat peta, diagram, pola, dan membuat chart.
- Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melaksanakan percobaan, menentukan alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, meyelenggarakan permainan, kegiatan menari, berkebun, berternak.
- Mental activities, sebagai referensi misalnya:merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, mengambil keputusan.
- Emotional activities, ibarat contohnya menaruh minat, membedakan, merasa bosan, bahagia atau gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Oemar Hamalik (2001 :21) penggunaan asas acara besar nilainya bagi pembelajaran kepada siswa karena:
- Siswa mencari pengalaman sendiri dan pribadi menglaminya
- Berbuat sendiri akan menyebarkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
- Memupuk kerjasama yang serasi antara siswa
- Para siswa bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri
- Memupuk disiplin kelas secara masuk akal dan suasana berguru menjadi demokratis
- Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan guru dengan orang tua
- Pelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret, sehingga menyebarkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas
- Pembelajaran di sekolah menjadi sebagaimana acara dalam kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas, sanggup diketahui bahwa acara pembelajaran di sekolah sangat kompleks dan beragam. Guru hendaknya sanggup memotivasi penerima didik semoga acara dalam pembelajaran sanggup optimal. Dengan demikian proses pembelajaran tidak membosankan dan siswa sanggup terlibat aktif. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi seorang guru semoga dalam proses pembelajaran sanggup membuat lingkungan yang aman sehingga acara siswa dalam pembelajaran sanggup optimal.
Jenis- jenis aktivitas
Aktivitas berguru banyak macamnya. Para andal mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan berguru menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
- Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
- Kegiatan-kegiatan verbal (oral) : Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
- Kegiatan-kegiatan mendengarkan : Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
- Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis cerita, menulis laporan, menyidik karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
- Kegiatan-kegiatan menggambar : Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
- Kegiatan-kegiatan metrik : Melakukan percobaab, menentukan alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
- Kegiatan-kegiatan mental : Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan.
- Kegiatan-kegiatan emosional : Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan bersifat tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436).
Upaya pelaksanaan acara dalam pembelajaran
Asas acara sanggup diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :
1) Pelaksanaan acara pembelajaran dalam kelas.
Asas acara sanggup dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, berguru independen.
2) Pelaksanaan acara pembelajaran sekolah masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pembinaan diluar.
3) Pelaksanaan acara pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang menawarkan kemudahan bagi siswa untuk belajar.
SUMBER
https://kakangagus.blogspot.com/search?q=guru-dan-asas-asas-diktatit
https://kakangagus.blogspot.com/search?q=guru-dan-asas-asas-diktatit
http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2011:upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-kreativitas-siswa-dalam-pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar-dengan-metode-pemecahan-masalah&catid=159:artikel-kontributor
https://kakangagus.blogspot.com/search?q=guru-dan-asas-asas-diktatit
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.
Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA:.Bandung.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.