Skip to main content

Isra Mi'raj Nabi Muhammad Saw

بسم الله الرحمن الرحيم


Pada artikel sebelumnya saya pernah menulis wacana Maulid Nabi Muhammad SAW, kali ini mengenai Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, dan perlu diingat bahwa Isra Mi'raj merupakan salah satu mu'jizat Nabi Muhammad SAW.

Pengertian Isra Dan Mi'raj

Isra ialah berjalan di malam hari dari Makkah ke Baitul Maqdis di Palestina. Sedangkan Mi'raj ialah naik ke langit hingga ke langit ke tujuh bahkan ke daerah yang lebih tinggi yaitu Sidratul Muntaha dan Mustawa.

Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW ditemani oleh malaikat Jibril as sebelum dia hijrah dari Makkah ke Madinah, yaitu malam senin 27 rajab berkenaan dengan tahun 621 Masehi. Menurut I'tiqad Ahlusunnah Waljama'ah bahwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan Ruh dan Jasad, di waktu sadar dan bukan dalam mimpi, sebagaimana dijelaskan di dalam banyak kitab tafsir.

Dalil-dalil Isra Mi'raj

I. Dalil Kesatu Dalam Surat Al-Isra

سبحن الذي اسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الاقصى الذي باركنا حوله لنريه من ايتنا انه هو السميع البصير

Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan kepadanya ayat-ayat Kami, bekerjsama Tuhan Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Al-Isra : 1).

Dalam ayat di atas dinyatakan beberapa hal :

1. Ayat ini dimulai dengan kalimat "Subhaana", artinya Maha suci Allah. Ini dianggap perlu agar jangan ada anggapan bahwa Nabi Muhammad SAW anak-Nya alasannya ialah dia dipanggil ke langit, maka dikatakan lebih dahulu dengan "Maha suci Allah dari memiliki anak'". Dan juga jangan ada anggapan bahwa Nabi Muhammad SAW akan dicelakakan, alasannya ialah dia dibawa jalan-jalan jauh, maka dikatakan Maha suci Allah dari mencelakakan hambanya"

2. Nabi Muhammad SAW dipanggil Allah SWT.
Nabi Muhammad melaksanakan Isra Mi'raj bukan kemauannya sendiri, melainkan dipanggil oleh Allah. Dalam ayat ini dikatakan "Asraa" artinya "memperjalankan" hambanya di malam hari. Di dalam hadis-hadis dinyatakan bahwa perjalanan ini ditemani oleh malaikat Jibril as, artinya Nabi SAW dipanggil, dijemput dan dibimbing. Oleh alasannya ialah itu Isra Mi'raj tidak sulit dilakukan, alasannya ialah ini merupakan tanda kekuasaan Allah, tidak ada yang sulit bagi Allah, jadi semua bencana Isra Mi'raj sangat masuk akal, alasannya ialah Allah ialah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Menciptakan langit, bumi, nirwana dan neraka beserta isinya bagi Allah mudah, apalagi mengangkat hambanya ke langit tentu tidak sulit bagi Allah.

3. Yang Dipanggil Hamba-Nya.
Jelas di dalam ayat tersebut dengan kalimat "bi'abdihi" yang artinya Hamba-Nya, dikatakan hamba tentu jasad dan ruhnya, alasannya ialah di dalam ayat tersebut tidak dikatakan "biruhihi" (dengan ruhnya) atau tidak dengan "bijasadihi" (jasadnya), akan tetapi dengan "bi'abdihi" (hambanya). Ibarat dikatakan "si Abdullah telah datang", tentu yang tiba ini bukan jasadnya saja atau ruhnya saja, akan tetapi jasad dan ruhnya alasannya ialah insan hidup.

4. Untuk Melihat Tanda-tanda Kebesaran Allah
Isra Mi'raj dilakukan untuk melihat gejala kebesaran Allah, untuk melihat ruang angkasa beserta isinya. Di sini terang bahwa isra mi'raj dilakukan dengan badan dan ruh di waktu sadar, alasannya ialah tidak ada artinya dan tidak sanggup meyakinkan bila hanya melihat dalam mimpi saja. 

5. Andaikata Isra mi'raj dalam mimpi, maka itu tidak ada artinya sama sekali sebagai mu'jizat, alasannya ialah setiap orang boleh bermimpi dan orang tidak akan merayakan dan mengagungkan mimpi. Kalau orang Islam merayakan Isra Mi'raj malam 27 rajab, itu suatu bukti perjalanan itu benar-benar terjadi dengan ruh dan jasad di waktu sadar.

6. Pendapat-pendapat Ahli Tafsir

a). Berkata Abu Ja'far bin Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir Thabari dikala menafsirkan ayat ini :

"Adalah pendapat yang benar berdasarkan faham kami, Bahwa Allah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha menyerupai yang dinyatakan dalam ayat ini. Juga konkret dalam banyak hadis bahwa Allah memperjalankan dia  dengan kendaraan Buraq, bahwa dia sembahnya di situ dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul, kemudian Allah menyampaikan apa yang sanggup dilihatnya malam itu. Maka nyatalah tak berarti perkataan orang yang menyampaikan bahwa dia Isra dengan ruh saja, alasannya ialah kalau begitu tentulah dalam hikayat Isra M'raj ini tak suatupun yang akan diambil menjadi dalil atas kenabian dia dan pula tak sanggup digunakan untuk penegak kerasulan beliau, dan tidak akan ada orang yang ingkar kepada dia dalam Isra, tidak pula akan kafir orang yang tidak mengakui Isra dan mi'raj ini, alasannya ialah berdasarkan pendapat yang sehat dari insan tidak akan ada orang yang akan membantah mimpi walaupun berjalan dalam semalam pada perjalanan jarak setahun jalan kaki, apalagi kalau hanya berjalan sebulan atau sehari. Tuhan tidak mengabarkan kepada kita, bahwa Ia membawa ruh hamba-Nya atau membawa  jasad jasadnya".

Imam Thabari melanjutkan : "Menurut dalil yang konkret sahih dari Nabi bahwa dia beliau berjalan dengan kendaraan Buraq, kalau perjalanan hanya dilakukan dengan ruh atau dalam mimpi maka apa perlunya kendaraan Buraq itu alasannya ialah binatang itu biasanya membawa barang yang bertubuh, tak pernah dalam bahasa arab terdengar ucapan "Ruh mengendarai kuda".

Jika dikatakan jasad saja juga tidak mungkin, alasannya ialah jasad tanpa ruh berarti mati.

b). Berkata Ahli tafsir yaitu 'Alaudin 'Ali bin Muhammad Al-Khazin dalam tafsir Khazin :

"Dan yang hak yang dipegang oleh 'Ulama salaf, 'Ulama khalaf ahli-ahli fiqh, hebat hadis dan hebat ushuluddin, bahwa Nabi Muhammad SAW dibawa oleh Allah malam hari dengan ruh dan tubuh, alasannya ialah perkataan "'Abdihi" itu mencakup ruh dan tubuh, apalagi kalau diperhatikan hadis-hadis yang sahih yang bertalian dengan Isra Mi'raj ini".

c). Berkata Abu Muhammad husein Al-Faraa' yang populer dengan Tafsir Al-Baghawi :

"Dan berdasarkan pendapat yang banyak (jumhur) dalam kalangan Islam, bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan perjalanan Isra dan mi'raj dengan ruh dan badan beliau. Hadis yang sahih banyak menyampaikan begitu".

d). Berkata Sulaiman bin 'Umar Al-'Ujaili dalam tafsir Jamal 

"Bi'abdihi artinya dengan badan dan ruh berdasarkan pendapat yang mu'tamad (yang sanggup dipegang), demikian guru-guru kami mengatakan".

e). Berkata Abul Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud dalam tafsir Nasafi

"Dan ialah Mi'raj itu satu tahun sebelum hijrah dalam waktu berdiri (jaqzah)".

II. Dalil Kedua Dalam Sebuah Hadis riwayat Imam Bukhari, yang artinya :

Abu Dzar mengabarkan, bahwa Rasulullah SAW berkata : "Dibuka atap rumahku, dikala itu saya di Makkah, maka turun malaikat Jibril maka dibuka dadaku, kemudian dipertautkan kembali dan ia memegang tanganku maka dibawanya naik ke langit dunia (Kitab Fathul Bari).

Dalam hadis di atas Nabi berkata bahwa "Dipegang tangan saya", kalau perjalanan itu hanya ruh saja tentu tidak membutuhkan pegangan tangan.

III. Dalil Ketiga Dalam Hadis Riwayat Imam Muslim, yang artinya :

"Dari Anas bin Malik, bahwasannya Rasulullah SAW berkata : "Dibawa Buraq kepada saya, seekor binatang yang putih dan panjang, lebih besar dari himar dan lebih kecil dari bagal. Ia meloncat sehabis jauh pemandangan, saya kendarai ia hingga ke Baitul Maqdis. Maka saya ikatkan ia dipautan dimana Nabi-nabi menautkan kendaraannya" (Kitab Syarah Muslim).

Dalam hadis di atas dikatakan bahwa Nabi mengendarai Buraq, jikalau hanya ruh saja mustahil berkendara, menyerupai telah dikatakan di atas, binatang hanya ditunggangi oleh yang bertubuh, jadi mustahil ruh berkendara naik Buraq. Dan di dalam Al-qur'an dan hadis tidak dikatakan bahwa Nabi SAW pada malam Isra mi'raj ialah mimpi, yang Nabi katakan ialah mengendarai Buraq, ini berarti bukan mimpi.

IV. Dalil Keempat dalam kitab hadis Bukhari Muslim, yang artinya :

Bahwasannya Ibnu 'Abbas dan Abu Habbah Al-Anshari keduanya berkata : Berkata Nabi Muhammad SAW : "Kemudian saya dibawa naik sehingga sampailah saya ke suatu dataran di mana saya mendengar gerak-gerik kalam tuhan.

Berkata Ibnu Hazam dan Anas bin malik ; Berkata Nabi Muhamamd SAW : "Maka mewajibkan Tuhan atas umatku 50 kali shalat (sehari semalam), kemudian saya membawa perintah itu hingga saya berjumpa dengan Nabi Musa. dia bertanya : "Apakah yang diwajibkan oleh Tuhan untuk umatmu?" Jawab saya : "Ia mewajibkan 50 kali shalat". Nabi Musa berkata : "Kembailah kepada Tuhanmu alasannya ialah umat engkau tidak akan sanggup mengerjakan sebanyak itu". Maka saya kembali (memohon agar diringankan), kemudian dikurangi sebahagiannya.

Tatkala saya kembali kepada Nabi Musa saya katakan bahwa sudah dikurangi sebahagiannya. Nabi Musa berkata lagi : "Kembalilah kepada Tuhan alasannya ialah umatmu tidak akan kuasa mengerjakan sebanyak itu". Maka saya kembali lagi kemudian dikurangi sebahagiannya.

Saya kembali kepada Nabi Musa dan ia menyuruh saya kembali lagi, maka saya kembali lagi.

Maka Tuhan memutuskan "Yah, Aku menetapkan lima kali, sedang pahalanya sebanyak 50 kali juga sebagai perintah pertama alasannya ialah kalimat Tuhan tidak berobah-robah".

Kemudian saya kembali kepada Nabi Musa dan ia menyuruh lagi agar saya kembali meminta keringanan, tetapi saya berkata : "Saya sudah malu kepada Tuhanku". Kemudian saya meneruskan perjalanan sehingga hingga ke suatu daerah yang berjulukan Sidratul muntaha.

Dari hadis di atas sanggup diambil kesimpulan bahwa :

1. Sembahyang yang kita kerjakan lima kali sehari semalam diwajibkan pada malam mi'raj tanggal 27 rajab, setahun sebelum hijrah. Jika ada orang yang menyampaikan bahwa Mi'raj dalam mimpi, maka perintah sembahyang tentu juga diberikan dalam mimpi, hal ini mengakibatkan bahwa perintah shalat itu tidak serius, sungguh berbahaya i'tiqad menyerupai ini.!

2. Imam Bukhari meletakkan hadis ini dalam kitabnya pada cuilan shalat, sedangkan Imam Muslim meletakkan hadis ini di bawah judul "Bagaimana caranya diwajibkan sembahyang". Kaprikornus jelaslah bahwa Mi'raj dan Isra bertalian bersahabat dengan sembahyang.

3. Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim ialah hadis-hadis sahih yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia dan dianggap nomor dua di bawah Al-Qur'an. Orang-orang yang hanya mendapatkan Al-Qur'an saja dan tidak mendapatkan hadis-hadis Nabi, maka orang itu berarti mendurhakai Allah, alasannya ialah Allah menyampaikan dalam Al-Qur'an yang artinya : "Apa yang diberikan Rasul itu hendaknya kau terima dan apa yang dilarangnya hendaklah kau hentikan (QS. Al-Hasyr : 7).

4. Orang-orang Islam yang beriman kepada Nabi sepenuhnya mendapatkan kabar mi'raj ini. Sayidina Abu Bakar Shiddiq dinamai shiddiq (benar) alasannya ialah membenarkan dan mendapatkan kisah mi'raj ini.

V. Dalil Kelima dalam Surat Al-Israa ayat 60, yang artinya :

"Dan tidak Kami jadikan ru'ya (penglihatan) yang Kami perlihatkan kepada kamu, melainkan sebagai cobaan bagi manusia".

Ayat ini menjelaskan bahwa di waktu Mi'raj itu Nabi Muhammad SAW benyak melihat tamsil-tamsil dan contoh-contoh eksekusi orang yang berbuat jahat bagi manusia, apakah mereka doktrin atau ingkar kepada Nabi wacana penglihatan itu. 

Banyak orang-orang kafir Makkah dikala itu yang ingkar yang menyampaikan bahwa Nabi Muhamamd SAW ialah pembohong alasannya ialah tidak masuk logika mereka perjalanan pulang pergi ke Palestina sanggup dilakukan dalam waktu semalam. Tetapi di antara yang mendengar dongeng Nabi itu ada pula yang beriman, menyerupai Sayidina Abu Bakar Shiddiq yang menyampaikan bahwa ia percaya kepada Nabi Muhamamd SAW sekalipun dia mengabarkan lebih jauh dari itu.

Jadi persitiwa Isra Mi'raj juga merupakan salah satu ujian bagi Umat Islam dikala itu, apakah mereka mau percaya atau tidak, ternyata ada juga yang tidak percaya hingga keluar dari Islam, tapi juga banyak yang percaya, alasannya ialah Nabi muhammad SAW ialah utusan Allah, Allah Maha Kuasa untuk memperjalankan hambanya. Sekali lagi tidak ada yang sulit bagi Allah, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam menafsirkan surat Al-Isra ayat 60, ahli-ahli tafsir sahabat Nabi dan kalangan Tabi'in menyatakan hal ini terjadi dalam Mi'raj, yaitu penglihatan mata, bukan mimpi :

a. Berkata Ibnu 'Abbas ra : "Ini ialah penglihatan mata yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Mi'raj, bukan mimpi".
b. Berkata Sa'id bin Jabir : "Itu ialah penglihatan malam mi'raj"
c. Berkata Imam Hasan Al-Bisri : "Orang kafir Makkah banyak membohongkan Nabi, alasannya ialah dia menyampaikan bahwa dia berjalan dari Makkah ke Baitul Maqdis dalam satu malam. Banyak orang yang murtad alasannya ialah ini, mana sanggup kata mereka, dalam satu malam sanggup bolak-balik ke Baitul Maqdis".
d. Berkata Qutadah : Ini ialah penglihatan yang dilihat.
e. Berkata Qutadah (Tabi'in) : "Itu ialah penglihatan yang dilihat dia dikala Isra di baitul Maqdis. Ada orang yang murtad setelah mendengar kabar ini. Mereka menyampaikan bagaimana sanggup dijalani dalam satu malam perjalanan yang sanggup dilakukan dalam dua bulan".
f. Berkata Ibnu Jurej : "Tuhan menyampaikan keajaiban-keajaiban (ayat-ayat-Nya) pada dikala isra ke Baitul maqdis, hal ini menjadikan orang-orang Makkah heboh".
g. Berkata Abu Zaid : "Itu ialah dikala dia berjalan malam hari ke Baitul Maqdis, memang hal ini menjadi fitnah yang menghebohkan.
h. Berkata Dhahak (Tabi'in) : "Memang isra itu menjadi kerikil ujian.
i. Berkata Mujahid (Tabi'in) : "Ayat ini mengambarkan Isra Nabi Muhammad SAW.

Kesimpulan
Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW pada malam 27 rajab merupakan bencana konkret dan bukan mimpi, dia isra mi'raj dengan badan dan ruh. Beliau isra mi'raj bukan atas kemauannya, melainkan atas kehendak dan kuasa Allah, jadi bencana isra mi'raj ini sangat masuk logika alasannya ialah semua terjadi atas kuasa Allah, dan bagi Allah tidaklah sulit untuk memperjalankan hambanya dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha hingga menaikkannya ke langit hingga Sidratul Muntaha dan Mustawa. Kejadian ini sangat masuk logika alasannya ialah kita percaya bahwa Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Sumber https://www.alkaukabiyah.com/
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar