Yahudi Madinah
بسم الله الرحمن الرحيم
Bagian 3-3
Sebagaimana Allah telah menguji kaum muslimin di Makkah melalui (gangguan) kaum musyrikin Makkah, sekarang Allah menguji mereka pula di Madinah melalui orang-orang Yahudi yang berada di Madinah. Orang Yahudi tersebut ialah dari Bani Qoinuqa, Bani Quraidzah dan Bani Nadir, mereka menampakkan permusuhan, kebencian dan hasud dalam diri mereka setelah kebenaran itu konkret bagi mereka. Padahal sebelum nya (sebelum datangnya Rasulullah SAW) kaum Yahudi Madinah saat perang melawan musyrikin Makkah, mereka selalu memohon kemenangan dengan datangnya seorang Nabi yang sudah akrab waktunya. Namun tatkala sudah konkret tiba Nabi yang mereka kenal, mereka para pemimpin Yahudi merasa tinggi diri (sombong) dengan adanya Nabi dari keturunan Nabi Ismail, mereka ingkar terhadap Al-Qur'an yang telah Allah turunkan alasannya ialah terdorong oleh kejahatan mereka. Mereka melihat bahwasannya Rasulullah SAW tidak mendatangkan kitab kecuali yang membenarkan kitab-kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-rasul sebelumnya. Al-Qur'an yang diturunkan menjelaskan hal-hal yang telah dirusak oleh penakwilan mereka sendiri yang mereka masukkan ke dalam kitab-kitab mereka. Mereka mengesampingkan Al-Qur'an seperti tidak mengetahuinya.
Di antara hal-hal yang mereka cela ialah alasannya ialah Al-Qur'an telah menasakh/menghapus hukum-hukum dalam kitab mereka. Mereka tidak mengetahui bahwasannya Allah Yang Maha Kuasa dan Maha mengetahui lebih tahu daripada mereka mengenai kebutuhan manusia. Kerena sungguh insan itu bertabi'at selalu ingin maju.
Rasulullah SAW pada mulanya hidup di tengah-tengah masayarakat Arab yang ummi, mereka sama sekali tidak mengerti apapun wacana iman uluhiyah. Sungguh sangat bijaksana bila syari'at islam diturunkan kepada mereka secara bertahap. Seandainya Allah SWT mengharamkan bagi mereka meminum khamar, memakan riba, memerintahkan shalat dan zakat, begitu pula kalau eksklusif diterapkan seluruh perintah dan larangan yang tiba dari syari'at islam, tentu tiada seorangpun dari mereka yang mau mendapatkan islam mengingat mereka memiliki kecenderungan hati yang berbeda-beda dan hawa nafsu mereka karam di dalam banyak kesesatan. Maka Rasulullah SAW tiba kepada mereka membawa perintah Allah bertahap sampai kesannya nalar mereka sanggup ditundukkan dan jiwa mereka sanggup dibersihkan.
Hukum Islam tidak diturunkan Allah SWT melainkan setelah terjadi kejadian (antara aturan yang turun dan kejadian ada kaitannya) biar aturan tersebut lebih melekat/berdampak pada jiwa mereka. Akan tetapi orang-orang Yahudi telah membelenggu kemampuan mereka dengan berbuat mengikuti impian hawa nafsunya. Al-Qur'an telah membantah mereka dengan hujjah yang menawarkan bahwa mereka sesungguhnya mengetahui, jiwa mereka jauh dari jalan kebenaran. mengenai hal tersebut Allah SWT berfirman yang artinya :
"Katakanlah, kalau kalian (menganggap bahwa) kampung alam abadi (surga) itu khusus untuk kalian di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah janjkematian kalian kalau kalian memang benar (QS. Al-Baqarah : 94)".
Pada ayat selanjutnya Allah SWT eksklusif menutup bahwa mereka niscaya tidak akan mau menjawab tantangan ini, firman Allah yang artinya :
"Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini janjkematian itu selama-lamanya, alasannya ialah kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang aniaya (QS. Al-Baqarah : 95).
Seandainya mereka mengetahui bahwa mereka benar-benar dalam kebenaran, nisacaya mereka tidak akan menangguh-nangguhkan tantangan tersebut alasannya ialah caranya jelas mudah sekali. Akan tetapi perilaku mereka itu tiada lain alasannya ialah terdorong impian mereka untuk mendustakan Rasul yang jujur lagi terpercaya. Dan ternyata tidak ada satu nukilan pun yang menyatakan bahwa ada seorang dari mereka yang mengharapkan hal tersebut (ingin mati) sekalipun hal itu diungkapkan dengan lisan. Namun demikian sungguh ternyata petunjuk dari Rasulullah sanggup diterima dengan terperinci oleh salah satu pemimpin Bani Qainuqa yaitu 'Abdullah bin Salam. Ia mau meninggalkan hawa nafsunya dan masuk Islam setelah mendengar bacaan Al-Qur'an. Sebelum itu ia dianggap sebagai salah seorang pemimpin mereka, namun setelah ia masuk Islam, mereka menganggapnya sebagai seseorang yang kurang akal. Penilaian ini mereka kemukakan setelah mendengar info wacana keislamannya.
Alangkah buruknya hasil perbuatan mereka yang menjual diri mereka sendiri dengan kekufuran kepada apa yang diturunkan Allah alasannya ialah dengki bahwa Allah menurukan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hambanya. Setelah terperinci di dalam hati mereka memusuhi Islam, mereka berupaya sekuat tenaga untuk memadamkan Nur Allah, namun Allah membalasnya sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya yang artinya :
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan lisan (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya (QS. At-Taubah : 32).
"Tarikh Nurul Yaqin"
Bersambung...
Sumber https://www.alkaukabiyah.com/
"Katakanlah, kalau kalian (menganggap bahwa) kampung alam abadi (surga) itu khusus untuk kalian di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah janjkematian kalian kalau kalian memang benar (QS. Al-Baqarah : 94)".
Pada ayat selanjutnya Allah SWT eksklusif menutup bahwa mereka niscaya tidak akan mau menjawab tantangan ini, firman Allah yang artinya :
"Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini janjkematian itu selama-lamanya, alasannya ialah kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang aniaya (QS. Al-Baqarah : 95).
Seandainya mereka mengetahui bahwa mereka benar-benar dalam kebenaran, nisacaya mereka tidak akan menangguh-nangguhkan tantangan tersebut alasannya ialah caranya jelas mudah sekali. Akan tetapi perilaku mereka itu tiada lain alasannya ialah terdorong impian mereka untuk mendustakan Rasul yang jujur lagi terpercaya. Dan ternyata tidak ada satu nukilan pun yang menyatakan bahwa ada seorang dari mereka yang mengharapkan hal tersebut (ingin mati) sekalipun hal itu diungkapkan dengan lisan. Namun demikian sungguh ternyata petunjuk dari Rasulullah sanggup diterima dengan terperinci oleh salah satu pemimpin Bani Qainuqa yaitu 'Abdullah bin Salam. Ia mau meninggalkan hawa nafsunya dan masuk Islam setelah mendengar bacaan Al-Qur'an. Sebelum itu ia dianggap sebagai salah seorang pemimpin mereka, namun setelah ia masuk Islam, mereka menganggapnya sebagai seseorang yang kurang akal. Penilaian ini mereka kemukakan setelah mendengar info wacana keislamannya.
Alangkah buruknya hasil perbuatan mereka yang menjual diri mereka sendiri dengan kekufuran kepada apa yang diturunkan Allah alasannya ialah dengki bahwa Allah menurukan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hambanya. Setelah terperinci di dalam hati mereka memusuhi Islam, mereka berupaya sekuat tenaga untuk memadamkan Nur Allah, namun Allah membalasnya sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya yang artinya :
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan lisan (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya (QS. At-Taubah : 32).
"Tarikh Nurul Yaqin"
Bersambung...