Skip to main content

Festival Babukung Ke 4, Lamandau (The 4 Traditional Mask Dance Festival)


Pembukaan – Baca perjalanan kami, dalam keseruan Festival Babukung 2018.
Ayo ke Lamandau. - Rabu pagi ketika ini, cuaca cerah. Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan, bahwa kami akan tiba ke Festival Babukung. Berangkat pagi, sekitar jam 8.30 Wib kami sudah memacu kendaraan dari desa Mekar Mulya, Kecamatan Sematu Jaya ke lokasi diadakanya Festival Babukung. Acara dilaksanakan pada 17-19 Juli 2018.

 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Stand Booth Festival Babukung
Setelah melewati medan terjal dan berbatu, dan disertai debu ala jalan desa, kami kesudahannya menemukan jalan aspal mulus. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 30 – 45 menit (jalan santai). Kami tidak eksklusif menuju ke lokasi, melainkan berkeliling ke kota Nanga Bulik. Ada beberapa item yang harus kami cari dan urusan yang harus kami selesaikan.

Setelah selesai, kami eksklusif menuju bundaran rusa (BR), belok kiri, menuju jalur lintas provinsi, lalu belok kanan ke jalur lintas provinsi menuju Provinsi Kalimantan Barat. Tujuan kami adalah Stadion Hinang Golloa. Hanya cukup berkendara 10 – 15 menit dari Pusat Kota (Bundaran Rusa).
 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Stadion Hinang Golloa
Cuaca cukup terik, mengingat kami hingga di Stadion, jam sudah mengatakan pukul 10.30 WIB.  Selanjutnya, kami eksklusif memasuki arena stadion. Tak lupa berfoto didepan Booth foto yang sudah disediakan oleh Panitia. Sekretariat panitianya adalah yayasan lantang torang, yang beralamat di Jalan Bukit Hibul Utara, atau sebelah utara Bundaran Rusa.
Foto dulu lah
Setelah cukup berfoto, kami masuk ke dalam gedung stadion. Ternyata, telah dipamerkan bermacam-macam topeng tradisional. Bentuknya, berdasarkan kami unik dan artisitik. Khas kesenian warga dayak. Ya.. I like to see. Nama- namanya adalah Luha Tingang, Luha Naga, Luha Sadap, dll. But, I more like to Luha Tingang. Bentuk topeng representasi dari burung Tingang.
 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Luha Tingang

 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Luha
 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Luha Naga
Ayo ke Lamandau.  Anda sanggup berfoto disini. Berfoto disamping topeng.

Setelah itu, kami melanjutkan langkah kami melihat ekspo di lapangan stadion. Ramai, penuh yang terlihat. Meski cuaca panas terik, tapi tidak menghalangi para penonton untuk menonton dan para penari tetap lincah menari tari topeng (traditional mask dance). Ya, sedang ada lomba menari topeng tradisional. Jadi, dalam ekspo ini tidak seseram yang dibayangkan karna diisi dengan perlombaan, tujuanya selain untuk melestarikan kebudayaan, juga untuk meningkatkan ekonomi dan wisatawan datang. 

 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Festival Babukung ke 4

 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Festival Babukung ke 4
Selain kami, warga Lamandau, kami juga melihat ada Turis Mancanegara yang tiba berkunjung. Tak hanya itu, kami menerima pesan WA dari mitra kami, beliau orang Kotawaringin barat (sebelah selatan kabupaten Lamandau), tiba ke Festival, padahal beliau berdomisili di Palangka raya. Kenapa? Festival ini sayang untuk Anda lewatkan. Tunggu di Festival Babukung lima ya Kawan. Mudahan Tahun depan Ada.

Berbicara mengenai apa itu Babukung, Apa itu Babukung?
Festival Babukung ini merupakan kearifan budaya lokal yang dimiliki budaya Dayak Tomun. Yakni, sejenis tarian ritual adab kematian Suku Dayak Tomun di Lamandau. Nah, dalam Tarian ini memakai topeng dengan huruf binatang tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung.

Babukung bergotong-royong bentuk tarian memakai topeng, yang mana dilakukan jikalau ada kerabat yang meninggal dunia. Para penari selain dari keluarga yang meninggal, juga tiba dari kerabat desa tetangga. Bukung-bukung ini tiba dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga murung sembari menyerahkan bantuan.  Ya, Para penari itu tiba juga membawa barang bawaan untuk pemberian kepada keluarga berduka, pemberian untuk meringankan beban ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Ini menjaga ikatan kekeluargaan, terkandung nilai kegotong-royongan.

Jadi, Karena keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin ekspo budaya. Seperti yang sudah saya tuliskan diawal, hasilnya ternyata cukup menggembirakan, perhatian dari masyarakat dan turis baik lokal maupun mancanegara sangat antusias. 
 Seperti yang sudah saya dan istri rencanakan Festival Babukung ke 4, Lamandau  (The 4 Traditional Mask Dance Festival)
Ruang Pameran Luha

Babukung kok sudah ke Empat?
Festival tahunan yang digelar di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Festival ini pertama kali digelar pada tahun 2014 dan, Tahun ini, 2018 ke empat.
Data waktu pelaksanaan Festival babukung, sebagai berikut:
  • Festival Babukung I: 25–26 September 2014
  • Festival Babukung II: 10–12 Oktober 2015
  • Festival Babukung III: 28–30 Oktober 2016
  • Festival Babukung IV: 17–19 Juli 2018

Festival Babukung Pernah memecahkan Rekor Muri lho !
Pada Festival Babukung tahun 2015, menampilkan lebih dari 1000 bukung (Penari). Nah, sebab banyaknya penari topeng, Festival ini berhasil memecahkan rekor untuk penampilan tari topeng tradisional terbanyak dan tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI). 

Baca juga:




Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar